Keluar dari krisis, menurut hemat penulis, tentu dengan mengedepankan semangat kemandirian, semangat gemah ripah loh jinawi sebagai identitas kekayaan nusantara sejak lama.
PANDEMI Corona Virus Disease (Covid)19 telah menguras energi seluruh dunia dan manusia, termasuk di Indonesia. Wabah terjadi berkepanjangan. Grafik penyebaran covid-19 agaknya terus menunjukkan tren kenaikan.
Di dunia, data terbaru per hari Jumat (22/5/2020), jumlah pasien terkonfirmasi mencapai 5 juta orang. Sementara di Indonesia, pasien terkonfirmasi sebanyak 20 ribu jiwa dengan kecenderungan terjadinya pertambahan data setiap harinya.
Dalam kondisi yang kian carut marut saat ini, pilihan paling tepat harus diambil. Di Indonesia, sementara ini muncul wacana agar berdamai dengan covid-19. Tentu, dalam pengertian dan semangat, bahwa menghadapi wabah ini dilakukan dengan arif dan bijak. Yakni menerapkan pola hidup sehat, bersih, berjarak dan meningkatkan kewaspadaan agar tidak terpapar virus.
Persoalan yang demikian substansial kemudian muncul. Yakni ancaman gejolak ekonomi. Tidak saja di tataran masyarakat bawah, tapi bahkan menyoal ekonomi nasional. Anggaran pembangunan, pengadaan barang dan jasa di banyak sektor, daerah hingga kementrian dipangkas, bahkan mencapai 50 persen.
Tidak berhenti sampai di situ, tunjangan para pegawai juga banyak disasar pemangkasan. Semua dilakukan karena negara sedang berkonsentrasi melawan covid-19.
Tapi, niat, usaha dan ketulusan untuk tetap bangkit dan melawan pandemi tidak boleh kalah apalagi berakhir. Indonesia pada khususnya, harus keluar dari masa krisis ini.
Keluar dari krisis, menurut hemat penulis, tentu dengan mengedepankan semangat kemandirian, semangat gemah ripah loh jinawi sebagai identitas kekayaan nusantara sejak lama.
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan laut dengan keragaman biota laut yang berlimpah. Sumber daya ini tentu begitu potensial menjadi kekuatan utama ekonomi bangsa.
Sementara di sektor pertanian Indonesia juga memiliki potensi yang besar. Baik di ketersediaan lahan dan iklim yang mendukung berlangsungnya proses pertanian sepanjang tahun.
Menggerakan kedua sektor ini sebagai modal ekonomi utama bangsa adalah langkah tepat. Bahkan, menurut penulis, kedua sektor ini tidak saja menjadi modal agar mampu menghadapi masa krisis pandemi saat ini. Tapi menjadi modal strategis di masa depan.
Pasalnya, pertanian dan perikanan, adalah sektor yang selalu dapat diperbaharui, sepanjang pengelolaannya dilakukan dengan arif, bijak tanpa ekploitasi yang merusak.
Persoalannya kemudian, yakni mendorong keseriusan tidak saja pemerintah, namun juga sektor swasta dan tentu masyarakat agar berpihak pada kedua sektor ini. Di sisi pemerintah, dukungan untuk kedua sektor ini tentu terlihat dari arah program pembangunan yang akan dilakukan.
Beberapa hal yang bisa dilakukan, misalnya mendorong pertumbuhan jumlah petani dan nelayan, menambah areal pertanian perikanan. Dan yang tak boleh dilupakan, yakni memperhatikan sisi kesejahteraan para petani dan nelayan. Karena, bagaimana mungkin angka masyarakat yang memilih kedua profesi tersebut jika ternyata tidak menyejahterakan?.
Kemandirian ekonomi adalah salah satu dari trilogy kemerdekan. Penerapan kemandirian di level negara, bukan sesuatu yang mustahil terwujud. Apalagi mengingat seluruh daerah di Indonesia memiliki sumber daya yang berpotensi harus dikembangkan dan jadi keunggulan ekonomi masyarakat .
Oleh: Pandi Santoso (NIM: 18010002), Mahasiswa Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan, Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPK) Matauli. Disusun untuk Mata Kuliah Metodelogi Penelitian.
Komentar